Cari Tentang Pencinta Alam

Pecinta alam

Pecinta alam Cimahi

Pecinta alam Cimahi

..::pandu udara::..

PENCINTA ALAM
::::..CIMAHI..::::
..::pandu udara::..

TENTANG PENCINTA ALAM

| Kamis, 31 Maret 2011

TENTANG PENCINTA ALAM

Seiring waktu berjalan tak terasa rasa mencintai alam tercetak oleh budaya instans. Kita bisa melihat televisi dengan aneka program yang berkaitan dengan dunia petualang tanpa harus menjadi pelaku di dalamnya. Tentu dampaknya terjadi pada organisasi pencinta alam yang era tahun 60-70-an cukup beken.

Namun, dewasa ini makna dari konotasi pencinta alam hanya sloganisasi bagi mereka yang senang berpetualang. Mereka dengan bangganya mendaki Cartenz Pyramid sementara hutan di Kalimantan habis terkikis oleh tangan-tangan yang tidak bertanggungjawab. Tidak hanya itu, Mount Everest pun siap di daki dengan menelan biaya yang cukup mahal sementara budaya dan kearifan lokal hilang satu persatu. Hutan pun gundul, air sungai pun tercemar, polusi udara semakin hari kian melonjak yang akibatnya penggunaan CFC / Freon terus bertambah berdampak pada menipisnya ozon.

Apa kita harus kembali refleksi memaknai arti kata pencinta alam atau kita hanya diam saja sambil menikmati presenter petualang yang cantik-cantik sambil minum kopi di televise-televisi swasta. Kode etik Pencinta Alam yang kerap kali dalam upacara dipuncak gunung, atau upacara sacral lainnya di bacakan bagaikan sebuah fosil yang usang. Sementara Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sibuk mencari funding untuk menyelamatkan hutan dan satwa-satwa liar meski harus menjual data kepada Negara pendonor. Tragis benar negeri ini berjibun pencinta alam baik dari organisasi kampus maupun freeland ternyata tak berani berunjuk gigi untuk membangkitkan semangat mencintai alam dengan mendata hutan, gunung dan memberikan kontribusi dengan ilmu kepencintaalaman kepada masyarakat yang terasing di bawah gunung, di dekat hutan.

Masih ingat memori di kala pendidikan dasar kepencitaalaman kita siap di caci maki ala semi militer. Mengorbankan waktu seminggu untuk menumbuhkan rasa percaya diri terdidik oleh alam. Selain itu, kode etik pencinta alam kerap di bacakan seusai upacara pelantikan anggota-anggota baru. Namun, kedepannya masih membayang apakah mereka bakal aktif atau tidak sama sekali. Sementara program pengurus sibuk membuat plan dengan aksi adventure yang menantang andrenalin. Apa hanya dengan itu saja.

Ironis sekali, yang seharusnya kita lebih aktif membela mereka – Masyarakat Lokal sekitar gunung, hutan ketika pohon gaharu di curi. Malah teronani oleh kepuasaan jiwa temporal dengan memanjat tebing layaknya atlit profesional. Sebenarnya ilmu kepencitaalaman yang kita miliki adalah untuk menyelamatkan alam, budaya kearifan local. Bukan untuk mencetak prestasi ketinggian atau bangga mengibarkan sang merah putih di puncak gunung atau tebing tertinggi. Percuma mengibarkan bendera sang merah putih sementara orang utan terus mencari perlindungan dari kita sebagai pencinta alam. Tidak heran hampir seluruh alam Indonesia di kuasai orang asing mulai dari konservasi orang hutan hingga harimau di Sumatra. Kemana mereka yang mengaku sang pencinta alam?

Bencana alam adalah bukti ketidakpedulian bangsa ini akan keberadaan alam di sekitarnya. Datangnya bencana alam tidak semata-mata karena takdir Tuhan, melainkan akibat dari rasa apriori bangsa ini terhadap lingkungan sekitar. Tentu kita masih ingat bencana tsunami yang terjadi di Aceh (26 Desember 2004) dan pesisir pengandaran – Kebumen selatan Jawa (17 Juli 2006), dalam sekejap tsunami menelan ribuan nyawa. Gempa Yogyakarta dan sekitarnya 27 Mei 2006 berkekuatan 5,9 Skala Richter lebih dari 5.000 korban jiwa melayang. Belum lagi bencana banjir Jakarta 2007.

Hal tersebut merupakan cambuk bagi aktifis pencinta alam. Sangat wajar sekali jaman sudah tidak memihak kepada organisator pencinta alam. Banyak dari mereka sedikit menutup organisasinya close corpus atau di biarkan mengambang begitu saja tanpa ada program yang jelas. Mari megutip teori Darwin dengan Survival Of Fittest yakni bukan yang eksklusiflah yang terkuat namun yang dinamis untuk mempertahankan hidup. Para aktifis pencinta alam pun meloncat kepada permainan Outbound dengan begitulah aktifitas mereka mengekspresikan rasa petualangannya dengan instant.

Bagi organisasi pencinta yang masih eksis dan tetap pada penyelamatan lingkungan hidup sebagai visi dan utama perjuangan. Teruslah berjuang. Tidak ada kata terlambat untuk kembali bangkit memperjuangkan alam dan satwa-satwa liar. Sedangkan aktifis pencinta alam yang senang adventure alangkah baiknya menyisipkan data yang berharga untuk kepentingan alam dan budaya sekitarnya meskipun sedikit. Toh itu juga merupakan perjuangan.

Memang tidak mudah membalikan telapak tangan. Namun dengan keyakinan yang kuat bahwa pencinta alam di abad ini adalah pejuang seperti Chico Nendes di hutan Amazon tidak bisa kita pungkiri. Tentunya, kita sebagai anak bangsa tidak ingin alam kita yang kaya akan panorama, gas alam, gunung, laut, satwa langkanya, goa, sungai yang beriam, hutan, budaya yang beragam dikuasai oleh orang-orang asing yang mempunyai tujuan dengan alat sloganisasinya konservasionisme.

0 komentar:

Posting Komentar

..::::'Pencinta Alam':::....

..::::'Pencinta Alam':::....
 

Copyright © 2010 PENCINTA ALAM