mencoba mendaki gunung jayawijaya

Saya hidup di suatu komunitas kampung bernama A. Kampung saya ini dikelilingi oleh bukit-bukit kecil nan indah, dimana karena hal itu warga kampung sini sangat mahir dalam bidang daki-mendaki gunung dan bukit. Saking mahirnya, kami sampai mengklaim sebagai kampung paling hebat diantara kampung-kampung lain di pulau kami. Saya sendiri di kampung itu menempati posisi yang cukup berpengaruh. Sehingga saya punya otoritas dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh kampung A. Saya berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi kampung saya, semaksimal yang dapat saya lakukan.
Mendengar hal itu, warga kampung kasak-kusuk. Ada yang mendukung, mencibir, meragukan diri saya. Melecehkan juga tentu ada. Mungkin pikir mereka, orang seperti saya tidak mungkin mampu sampai ke puncak Jayawijaya. Saya bergeming, saya tetap ikut rombongan keluar pulau. Maka bermunculan lah komentar-komentar dari warga kampung. Ada yang bilang saya tidak cinta kampunglah, cari popularitas-lah, oportunis-lah dll.
Singkat cerita, saya sampai ke gunung Jayawijaya (nantinya akan saya sebut saja gunung J) dengan segenap semangat dan kemampuan yang saya punya. Pak Gubernur memuji semangat dan kemampuan saya. Saya hanya berkata, “Pak, di kampung saya lebih banyak lagi yang kemampuannya lebih hebat dari saya. Nanti saya kenalkan kalau mau!”. Saya terus mendaki, mencari jalan-jalan yang paling mudah dilewati, mencari tempat-tampat yang nyaman untuk beristirahat. Saya membatin, semua yang saya lakukan adalah untuk mencarikan jalan termudah bagi warga kampung saya apabila nantinya ingin ikut juga mendaki gunung J agar dapat mencapai puncak dengan gemilang.
Perjalanan saya menuju puncak gunung J belum tuntas, bahkan baru awalnya saja. Saya yakin akan dapat mencapainya, walaupun sesusah dan selama apapun Karena saya punya tujuan pribadi dan juga tujuan saya untuk kampung saya. Ya, saya bukan insan egois yang cuma memikirkan saya sendiri, justru yang paling saya pikirkan ketika terlibat rombongan pendakian gunung J adalah bagaimana pengalaman yang saya dapat ini dapat menjadi pembelajaran juga pintu pembuka bagi kesuksesan kampung saya. Dan saya cuma bisa berharap, semoga suatu saat nanti, mereka di kampung sana dapat mengerti….
0 komentar:
Posting Komentar