Siapa Pendaki Pertama Puncak Gunung Gede-Pangrango?
Pendaki pertama yang tercatat melalui Cibodas dilakukan oleh Blume mendaki lewat Cibeureum, Air Panas dan Kandang Badak, dimana rute tersebut kini banyak digunakan oleh para pendaki. Dari Kandang Badak dia berjalan kearah kawah, menyusuri kaki gunung Gede yang terjal dan memotong jalan melewati tebing hutan yang curam dan berbahaya, untuk masuk kesebelah Utara yang berkahir dialun-alun Suryakencana.
Dari padang rumput tersebut, Blume kemudian membuat jalan pendek yang mengharuskan dia mendaki tebing yang curam dan melewatu hutan sub alpin menuju puncak gunung.
Penghargaan pendaki pertama Gunung Gede-Pangrango yang sangat controversial diberikan kepada orang Jerman, Junghun, yang telah menemukan sebuah kawah kecil pada bulan April 1839. Akan tetapi beberapa tahun sebelumnya, pada bulan Agustus 1821, Kuhl dan Van Hasselt, dua orang biologis muda yang bekerja di Netherlands Commission for Natural Sciences, telah menulis surat yang menggambarkan bagaimana mereka mengikuti jejak badak menuju ke puncak gunung, Junghun sangat meragukan bahwa muncul karena mereka gagal menjelaskan tentang sejenis bunga ros (theimerial rose). Saat itu jenis tanaman yang spektakuler ini hanya tumbuh di kawah gunung Pangrango. Di Pulau Jawa tanaman tersebut hanya tercatat dibeberapa gunung yang tinggi, dan itupun hanya jenis-jenis yang benar-benar menarik perhatian.
Teysmann, yang kemudian menjadi Direktur Kebun Raya tersebut, mendukung pernyataan pertama. Pertentangan yang dibiarkan berlarut-larut menjadi semakin buruk dengan adanya kritikan Junghuhn yang tajam terhadap Teysmann yang membuka lahan hutan dalam rangka menanam tumbuhan dari luar. Sayangnya Heinrich Kuhl dan J. Van Hasselt tidak dapat diajak berunding karena mereka meninggal di Bogor pada usia muda yaitu 24 dan 26 tahun karena penyakit daerah tropis.
Identitas dari pendaki pertama yang menjejakan kaki di puncak gunung tidak akan pernah diketahui sampai saat ini, mungkin mereka yang menganut agama Hindu dari Kerajaan Pajajaran atau mungkin anggota masyarakat yang lebih tua dari masyarakat Kerajaan Pajajaran. Tidak diragukan lagi siapapun yang telah melihat kebawah dari puncak gunung tersebut pada waktu silam akan menemukan di Jawa lebih dari setengah juta tahun yang lalu.
0 komentar:
Posting Komentar